Ngaku ‘Pintar Cari Duit’, Harta Molen Naik Rp1,6 Miliar Saat Jadi Wali Kota

Uncategorized143 Dilihat

PANGKALPINANG — Pernyataan Wali Kota Pangkalpinang periode 2018–2023, Maulan Aklil atau Molen, yang mengaku “pintar cari duit” dalam debat Pilkada Ulang pada Jumat (8/8/2025), memicu polemik di tengah masyarakat.

Alih-alih diapresiasi, pernyataan tersebut justru mengundang sorotan tajam terhadap lonjakan kekayaan pribadinya selama menjabat.

Berdasarkan data Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang diakses publik, harta kekayaan Molen tercatat meningkat signifikan.

Pada tahun 2021, jumlah kekayaannya dilaporkan sebesar Rp11,38 miliar. Setahun kemudian, angka tersebut melonjak menjadi Rp13,03 miliar naik lebih dari Rp1,6 miliar hanya dalam waktu satu tahun.

Kenaikan harta ini berlangsung di tengah klaim keberhasilan Molen dalam menarik investasi.

Selama menjabat, ia mengklaim telah merealisasikan investasi hingga Rp3,3 triliun serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih dari Rp200 miliar.

Namun, keterkaitan antara capaian tersebut dan peningkatan harta pribadinya kini menimbulkan pertanyaan di kalangan publik.

Sorotan semakin menguat setelah gaya hidup istrinya, Monica Haprinda, menjadi pembicaraan di media sosial. Ia diketahui kerap memamerkan koleksi tas mewah bermerek internasional seperti Hermes, Chanel, Gucci, hingga Dior.

Padahal, mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000, gaji pokok seorang wali kota hanya sekitar Rp2,1 juta per bulan, di luar tunjangan.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diketahui pernah memanggil Molen pada Mei 2023 untuk memberikan klarifikasi terkait laporan hartanya.

Molen menyatakan bahwa sebagian besar aset yang dimilikinya telah ada sebelum menjabat sebagai kepala daerah. Meski demikian, penjelasan tersebut belum sepenuhnya meredam keraguan masyarakat.

Seorang warga Pangkalbalam, Rudi, menilai keberhasilan kepala daerah semestinya diukur dari dampak positif yang dirasakan masyarakat.

“Kalau memang investasi besar berhasil masuk, harusnya itu terlihat dari peningkatan kesejahteraan warga, bukan hanya dari bertambahnya harta pemimpinnya. Pemimpin itu dinilai dari seberapa banyak ia memberi, bukan seberapa banyak ia kumpulkan,” ujarnya kepada wartawan.

Hingga berita ini diturunkan, pihak Molen belum memberikan tanggapan lanjutan atas isu yang berkembang di masyarakat. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *