Humas RSBT Berikan Klarifikasi, Keluarga Korban Sebut Hanya Upaya Menutupi Kebobrokan

PANGKALPINANG – Pihak Rumah Sakit Bakti Timah (RSBT) melalui Humas, Faisal, membantah tuduhan bahwa mereka tidak memberikan penanganan medis yang memadai terhadap Novriansyah (19), seorang korban kecelakaan yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit tersebut.

Faisal menegaskan bahwa meskipun administrasi BPJS korban belum selesai, rumah sakit tetap memprioritaskan penanganan medis yang sesuai dengan prosedur yang ada.

Menurut Faisal, RS Bakti Timah sudah memberikan waktu 3×24 jam bagi keluarga untuk mengurus administrasi BPJS tanpa mengurangi hak medis pasien.

Faisal juga menyebutkan bahwa berdasarkan kronologi yang disampaikan keluarga, penjamin untuk kecelakaan yang melibatkan kendaraan umum seperti itu adalah pihak Jasa Raharja, bukan rumah sakit.

“Kami tidak pernah menolak pasien BPJS. Proses administrasi BPJS memang perlu dipenuhi, namun kami tetap memberikan penanganan medis tanpa mengurangi hak pasien. Semua tindakan medis yang diberikan sudah sesuai prosedur,” jelas Faisal melalui pesan WhatsApp pada Senin (2/12/2024).

Faisal menambahkan bahwa rumah sakit sudah melakukan upaya yang diperlukan, termasuk memberikan bantuan medis darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Meski demikian, protes keras dari keluarga korban yang merasa bahwa Klarifikasi yang disampaikan Faizal Humas RSBT hanya upaya cuci tangan dan terkesan menutup nutupi bobroknya pelayanan penanganan medis yang diberikan rumah sakit tidak cukup cepat dan memadai.

Hal ini disampaikan Paman korban, Harun (52)

“Klarifikasi Humas RSBT Faizal itu hanya lah sebuah upaya cuci tangan dan menutup nutupi bobroknya pelayanan penanganan RSBT yang diberikan kepada pasien.
Bagaimana Faizal bisa menyebutkan seperti itu, sedangkan dia sendiri waktu kejadian tidak ada di tempat”,Sesal paman korban.

Lebih lanjut, harun menyebutkan faktanya korban hanya mendapatkan pemasangan detak jantung, oksigen, dan infus tanpa adanya tindakan medis lain, meskipun darah terus mengalir deras dari kepala korban.

“Kalau mau meberikan klarifikasi, jangan hanya mendengar sepihak. Panggil kami selaku keluarga korban yang merasa dirugikan.

Setiap kali kami melaporkan, baru ditindaklanjuti. Kami juga diminta untuk menandatangani pemasangan selang alat bantu pernafasan, namun alat tersebut tidak dipasang. Bahkan infus habis, dan hanya diganti ketika kami yang memberitahukan,” ungkap Harun.

Diberitakan sebelumnya, kecelakaan yang menimpa Novriansyah terjadi pada Kamis (28/11/2024) malam sekitar pukul 00.00 WIB di Jalan Jenderal Sudirman, Pangkalpinang.

Novriansyah yang dibonceng temannya, Febrianto (19), mengendarai sepeda motor Yamaha RX-King dan mengalami kecelakaan dengan sebuah truk box.

Setelah kecelakaan tersebut, kedua korban segera dilarikan ke Rumah Sakit Bakti Timah oleh Polisi Jalan Raya (PJR) Polresta Kota Pangkalpinang.

Setelah 2 jam menjalani perawatan di IGD, Febrianto, pengendara motor, menghembuskan napas terakhir. Sementara Novriansyah, yang masih dalam kondisi kritis. Tepat sekitar pukul 19.10 WIB pada Jumat (29/11/2024), bertepatan pada waktu sholat Isya menghembuskan nafas terakhir.

Ojan (19), teman sebaya Novriansyah yang menyaksikan langsung kejadian, mengungkapkan bahwa korban hanya mendapatkan bantuan pernapasan, alat deteksi jantung, dan infus meskipun darah terus mengalir dari kepala korban.

“Saya beberapa kali memanggil dokter untuk menutup luka di kepala teman saya, karena darah terus mengalir. Namun dokter baru datang keesokan harinya sekitar pukul 09.00,” ungkap Ojan dengan berlinang air mata.

Toni (56), ayah dari Novriansyah, juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap pelayanan rumah sakit. Ia menyebutkan bahwa pihak rumah sakit awalnya menolak untuk melakukan operasi pada kepala anaknya dengan alasan administrasi BPJS yang belum selesai.

Meskipun keluarga menyanggupi untuk membayar biaya operasi secara mandiri, pihak rumah sakit tetap tidak melakukan tindakan medis dengan alasan ruang Intensive Care Unit (ICU) penuh dan tidak ada tempat untuk menjalani operasi.

“Saya ikhlas menerima takdir ini, tetapi seharusnya rumah sakit memberikan perhatian lebih terhadap nyawa anak saya, bukan hanya fokus pada urusan administrasi,” ujar Toni dengan suara bergetar.

Toni menegaskan meskipun ia ridho dengan kepergian anaknya, ia sangat kecewa dengan pelayanan rumah sakit yang dianggap tidak profesional. Ia berharap kejadian serupa tidak terulang dan rumah sakit bertanggung jawab atas kelalaian yang terjadi.

Keluarga korban mengharapkan kejadian tragis ini tidak terulang pada orang lain. Mereka meminta agar rumah sakit lebih memprioritaskan keselamatan pasien, terutama dalam kondisi darurat, dan mempercepat proses administrasi agar tindakan medis yang diperlukan dapat segera dilakukan. (Abie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *