SUARAMELAYU.CO.ID, PANGKALPINANG –— Usia 42 tahun bukan sekadar angka bagi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang. Di momen Hari Ulang Tahun ke-42 yang dirangkai dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61, rumah sakit kebanggaan Pemkot Pangkalpinang ini memilih merayakannya dengan cara paling relevan: turun langsung melayani masyarakat.
Bertempat di Ruang Betason RSUD Depati Hamzah, Sabtu (13/12/2025), digelar bakti sosial berupa khitanan massal gratis serta operasi bibir dan langit-langit mulut sumbing. Kegiatan ini menjadi penanda bahwa pelayanan kesehatan bukan hanya soal gedung megah dan alat canggih, tapi juga soal empati dan keberpihakan.

Direktur RSUD Depati Hamzah, dr. Della Rianadita, menegaskan tema HUT ke-42 kali ini adalah “Empat Dua”, yang dimaknai sebagai Empati dalam Pelayanan serta penguatan digitalisasi yang unggul dan aman. Tema ini, kata dia, bukan jargon, tapi arah kerja.
Awalnya, khitanan massal ditargetkan untuk 42 anak—simbol usia rumah sakit—masing-masing mewakili 42 kelurahan di Pangkalpinang. Namun, antusiasme warga berkata lain. Peserta membeludak hingga 63 anak, dari usia TK hingga SD. Panitia pun memilih membuka pintu lebih lebar, daripada menutup harapan.
Untuk operasi bibir dan langit-langit mulut sumbing, tercatat 24 orang mendaftar. Setelah seleksi medis, 17 pasien dinyatakan layak operasi. Sisanya ditunda karena keterbatasan peralatan serta kebutuhan dokter spesialis yang didatangkan langsung dari RS Mohammad Hoesin Palembang, dengan dukungan Pemerintah Kota Pangkalpinang.

Wali Kota Pangkalpinang, Prof. Saparudin, hadir langsung memenuhi undangan acara bakti sosial ini. Ia didampingi Asisten Pemerintahan dan Kesra, Kepala Dinas Sosial, Plt. Kepala Dinas Kesehatan, Kepala DP3AKB, serta jajaran direksi RSUD Depati Hamzah. Turut hadir pula Bunda PAUD Kota Pangkalpinang. Nuansa formal dilepas, diganti batik yang bersahaja—menyesuaikan suasana pelayanan rakyat.
Dalam sambutannya, Wali Kota mengapresiasi peningkatan signifikan RSUD Depati Hamzah, baik dari sisi fasilitas, infrastruktur, hingga ketersediaan tenaga medis dan paramedis. Ia menegaskan bahwa layanan operasi bibir dan langit-langit mulut sumbing bukan kegiatan seremonial tahunan, melainkan program rutin yang konsisten dijalankan. Bahkan, satu pasien pada kegiatan ini berasal dari Kabupaten Belitung—indikasi kepercayaan publik lintas daerah.

“Pelayanan kesehatan kita semakin baik. Tapi jangan cepat puas. Kalau ada pelayanan yang kurang berkenan, laporkan. Kita benahi,” tegasnya, lugas.
Pemkot Pangkalpinang, lanjut Wali Kota, juga terus memperkuat layanan kesehatan tingkat pertama. Saat ini, sembilan puskesmas telah berstatus BLUD. Ke depan, layanan khusus lansia menjadi prioritas: ruang pelayanan tersendiri tanpa antre panjang, serta layanan mobile lansia bagi warga usia di atas 60 tahun yang tidak memungkinkan datang ke rumah sakit.
Di sisi lain, Pangkalpinang telah menerapkan Universal Health Coverage (UHC) Prioritas. Artinya, seluruh warga dilayani gratis di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS. Bahkan, bagi warga tidak mampu yang memiliki tunggakan BPJS, pemerintah siap menanggungnya.

Di tengah hiruk-pikuk kegiatan, cerita kecil justru mencuri perhatian. Isna, orang tua dari M. Alfian Syarif (7 tahun), siswa kelas 1 SD asal Kampak, tak menyembunyikan rasa syukurnya. Anaknya menjadi salah satu peserta khitanan massal dan pulang membawa bingkisan.
“Senang, sangat terbantu. Harapannya kegiatan seperti ini diadakan lagi. Masih banyak yang mau, tapi kuotanya sudah habis,” ujarnya.
Cerita serupa datang dari Sabil (7), siswa kelas 1 SD asal Semabung Baru. Tangis sempat pecah di ruang tindakan—reaksi klasik anak seusianya—namun berakhir dengan senyum, bingkisan di tangan, dan rasa lega di wajah sang ibu, Sukmawati.
Di penghujung acara, Wali Kota mengajak seluruh hadirin mendoakan masyarakat di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang terdampak banjir bandang. Sebuah pengingat bahwa kesehatan, empati, dan solidaritas tak mengenal batas wilayah.
HUT ke-42 RSUD Depati Hamzah akhirnya bukan sekadar perayaan usia. Ia menjadi cermin arah: rumah sakit yang kian dewasa, lebih manusiawi, dan semakin dekat dengan denyut warganya. Sebab, di dunia kesehatan, yang paling mahal bukan alat—melainkan kepedulian. (Jb007Babel)







